Artikel Oseanografi
Salam sejahtera gan, pada kali ini mimin akan membahas seputar oseanografi. Materi ini ane dapat dari guru pembimbing ane gan pas magang disekolah ane. yuk disimak gan biar tambah pinter :D
Tentang
“ARUS LAUT ”
OLEH
KELOMPOK VI
CINDY TSASIL LASULIKA 451
410 160
SULISTIANI DAUD 451 410 092
IYAM H. HELINGO 451 410 093
YAHYA LINGGILE 451
410 084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
ARUS LAUT (OCEAN CURRENTS)
1.
PENDAHULUAN
Arus merupakan
gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia.
Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah
pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus dibuat oleh para pelaut berabad-abad yang
lalu. Kita dapat mengetahui adanya arus-arus ini terutama didasarkan atas
pekerjaan seorang ahli oseanografi kebangsaan Amerika Matthew Fontaine yang telah memulai pekerjaan tersebut sejak tahun
1840. Ia membuat sebuah gambar dari system arus-arus dunia berdasarkan atas pengamatan
dan pengukuran terhadap besarnya pengaruh arus yang mempengaruhi pembelokan
arah kapal dari lintasan jalan yang seharusnya dikehendaki dari suatu pelayaran
yang panjang dan memakan waktu yang lama. (Sahala Hutabarat dan Stewart Evans,
2008).
Pada dasarnya arus laut berbeda dengan
Gelombang laut. Gelombang laut adalah pergerakan air laut naik-turun atau
secara vertikal. Air laut yang berggerak tidak mengalami perpindahan tempat
secara horizontal. (Muhammad, Hamid. 2005).
Perlu dijelaskan
bahwa sebenarnya di laut masih terdapat banyak arus-arus lain yang lebih kecil
yang terdapat di daerah-daerah tertentu. Tiga macam arus tersebut adalah (
Sahala Hutabarat dan Stewart Evans, 2008) :
a. Arus yang mengelilingi daerah kutub selatan (Antartic Circumpolar Current) yang
terdapat pada telak lintang 600 Selatan.
b. Aliran air di
daerah ekuator yang mengalir dari arah barat ke timur, tetapi dibatasi oleh
arus-arus sejajar yang mengalir dari timur ke barat, baik di belahan bumi utara
maupun di belahan bumi selatan.
Daerah subtropical ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal
sebagai gyre. Aliran air yang
terdapat di belahan bumi utara mengalir searah jarum jam, sedangkan yang
terdapat di belahan bumi selatan mengalir berlawanan dengan arah jarum jam.
Arus gyre disebabkan oleh adanya gaya
coriolis yaitu gaya yang membelokkan
arah arus akibat dari rotasi bumi
Arus laut adalah
gerakan masa air laut secara teratur dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagian
besar arus laut bergerak dengan arah horizontal dan hanya sebagian kecil yang
arah gerakannya vertical. Gerakkan massa air laut secara vertical disebut upwelling.( Muhammad,
Hamid. 2005).
Arus laut juga
dapat didefinisikan sebagai setiap aliran air yang kontinu atau berkelanjutan
disepanjang jalan yang pasti dalam laut. Aliran dapat terjadi di permukaan atau
jauh di bawahnya. Aliran dapat veretikal atau sejajar dengan permukaan.
Sirkulasi ini dalam gerakan massa air dapat dikategorikan sebagai angin
pendorong atau termihalin. Arus termohalin memiliki vertikal signifikan
komponen dan account untuk pencampuran menyeluruh massa air laut dalam.
(terjemahan : Eileen Gray dkk)
Sirkulasi Wind-driven ( angin pendorong)
menghasilkan perbedaan tekanan air permukaan, sehingga menyebabkan terjadinya
Slope. Perbedaan tekanan ini membangkitkan gaya yang akan menekan permukaan air
sampai dengan kedudukan pada saat tekanan lebih rendah, atau dengan perkataan
lain air cenderung akan bergerak menuruni Slope. ( Eka Djunarsjah, 2005)
Arus merupakan
gerakan yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus
permukaan dibangkitkan terutama oleh angin yang berhembus di permukaan laut.
Selain itu topografi muka air laut juga turut mempengaruhi gerakan arus
permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat diamati dengan menggunakan
satelit Altimetri Jason1. (Rahma Widyastuti, dkk. 2010)
Satelit Altimetri Jason1 adalah satelit
dengan resolusi temporal yang baik dengan ground track sejauh 315 km. Orbit
dari Jason-1, yang identik dengan TOPEX/Poseidon, dapat mencakup 90% dari
seluruh lautan di dunia setiap 9.9156
hari.(http://www.ilmukelautan.com/sig-dan-penginderaan-jauh/penginderaan
jauh-kelautan/453-teknologi-satelit-altimetri)
Pada suatu stasiun
pengamatan arus, arah dan kecepatan arus pasut berubah-ubah terhadap waktu dan
kedalaman, sedangkan arus non-pasut umumnya hanya berubah terhadap kedalaman.
(EkaDjunarsjah,2005).
1.
PENYEBAB ARUS LAUT
Arus laut terjadi
karena adanya beberapa faktor yaitu tiupan angin, perbedaan kadar garam, dan
perbedaan suhu (Muhammad, Hamid. 2005) Berikut
penjelasannya :
a.
Arus laut karena
tiupan angin
Tiupan angin yang
menerpa air laut di permukaan akan menimbulkan arus laut. Seperti halnya bila
kita meniup air dalam cawan, maka dari tu dapat disimpulkan bahwa angin dapat
menyebabkan arus laut. Arah arus itu searah dengan aliran angin.
Arus karena tiupan
angin ini bila menumbuk daratan atau benua, maka air di depan daratan atau
benua itu akan lebih tinggi dari pada perukaan air laut disekitarnya. Perbedaan
permukaan air laut tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran air dari laut
yang memiliki permukaan air lebih tinggi menuju ke laut yang memiliki
permuakaan air yang lebih rendah. Arus laut yang demikian disebut arus
kompensasi.
a.
Arus laut karena
perbedaan kadar garam
Air laut yang
memiliki kadar garam tinggi memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air
laut yang kadar garamnya rendah. Oleh karena itu, jika ada dua laut yang
bersebelahan tetapi karena kadar garamnya berbeda, maka dibagian dasar laut
akan terjadi aliran air dari laut berkadar garram tinggi menuju ke laut
berkadar garam rendah.
Sebaliknya
dibagian permukaan akan terjadi aliran air dari laut berkadar garam rendah
menuju ke laut berkadar garam tinggi. Contoh Ambang Gibraltar yang terletak
diantara benua Eropa dan benua Afrika.
b.
Perbedaan suhu
Air laut yang dingin memiliki massa jenis yang lebih besar dari pada air
laut yang panas. Air laut di daerah kutub bersuhu dingin, sehingga memiliki
massa jenis lebih besar. Oleh karena itu, air laut tersebut akan tenggelam dan
bergerak menuju ke daerah yang massa jenisnya lebih kecil, melalui dasar laut
yang dalam.
Bila arus ini menumbuk daratan, arah alirannya dapat berubah dari dasar
menuju ke permukaan. Inilah yang disebut up-welling.
Daerah up- welling kaya akan ikan
karena arus ini membawa unsure hara dari dasar laut. Contoh: Laut Banda dan
Pantai Barat Peru- Equador ( Amerika Latin ).
1.
FAKTOR PEMBANGKIT
ARUS PERMUKAAN
a. Bentuk topografi
dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya
Beberapa system lautan utama Dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga
sisi dan pula oleh arus equatorial counter disisi yang ke empat. Batas- batas
ini menghasilkan system aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat
aliran air mengarah dalam suatu bentuk bulatan. Dari sinilah terbentuk adanya
gyre.
b. Gaya coriolis dan Arus Ekman
Gaya coriolis memepengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan
membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat
dari perputaran bumi pada porosnya. Dalam kehidupan kita sehari- hari, kiata
tidak sadar bahwa gaya ini ternyata tidak memberikan pengaruh yang besar
terhadap benda-benda yag bergerak dalam jarak yang luas.
Sebagai contoh, selongsong peluru yang ditembakkan dari sebuah bedil akan
memberikan sebuah bekas lintasan yang jalannya agak melengkung sebagai hasil
dari peranan gaya coriolis yang terjaadi padanya. Pembelokkan ini akan mengarah
ke kanan di belahan bumi utara, dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan.
Gaya inilah yang mengahasilkan adanya aliran gyre yang mengarah kea rah jarum
jam (ke kanan) pada belahan bumi sebelah utara dan mengarah kea rah lawan jarum
jam(ke kiri) pada belahan bumi sebelah selatan.
Gaya coriolis juga yang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus
yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan makin dalamnya kedalaman
suatu perairan. Pada umumnya tenga angin yang memberikan pada lapisan permukaan
air dapat membangkitkan timbulnya arus permuakan yang mempunyai kecepatan
sekitar 2%dari kecepatan angin itu sendiri.( Sahala Hutabarat dan Stewart
Evans, 2008)
2.
KLASIFIKASI ARUS
LAUT
Arus laut dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berdasarkan temperature
dan berdasarkan letaknya (Muhammad, Hamid. 2005) :
a. Berdasarkan
temperaturnya, arus laut dibedakan menjaadi 2 yaitu, arus laut panas dan arus
laut dingin. Arus laut panas yaitu arus yang temperatur airnya lebih tinggi
dari temperature air laut yang didatangi. Contohnya: arus teluk, dan kurosiwo.
Arus ini datang dari daerah tropis ke daerah sedang. Begitupun sebaliknya
dengan arus dingin. Arus dingin contohnya adalah arus Labrador, arus Benguela,
arus Oyasiwo, dan arus Peru. Arus ini datang dari kutub ke daerah sedang.
b. Berdasarkan Letaknya, arus laut dibedakan menjadi dua, yaitu arus permukaan
dan arus dasar atau aarus bawah. Arus permukaan bergerak sebagai arus di
permukaan laut. Contoh : semua arus laut karena angin. Arus bawah, air yang
bergerak sebagai arus laut berada di dasar laut. Bila arah gerakannya berubah
kea rah vertikal, maka arus ini menjadi up
welling.
Adapun karakteristik dari up welling ( Eka
Djunarsjah. 2005) yaitu :
a. Gerakan air ke
atas
b. Terjadi bila angin
bertiup sejajar pantai
c. Arah arus
dipengaruhi oleh Gaya Coriolis
d. Ditentukan oleh
bentuk topografi dasar laut
e. Bila arus di bawah
permukaan kaya akan kandungan nutrisi, maka daerah perairan tersebut akan
mempunyai produktifitas biologis yang tinggi
Di permukaan laut terdapat arus laut di sepanjang pantai yang disebut
dengan longshore current. Arus ini
mengalir searah dengan garis pantai. Pada daerah pantai berpasir halus dengan
gelombang yang agak besar sering terjadi arus dasar yang dangkal, dengan arah
aliran tegal lurus dengan garis pantai yang disebut rip current. Proses terjadinya, bila arus air pad alongshore current yang berlawanan arah bertemu,
dan pada saat itu arah gelombang sejajar dengan garis pantai maka pada lokasi
pertemuan dengan longshore current itu
akan terjadi penumpukan masa air, yang kemudian akan mengalir ketempat yang
lebih rendah yaitu menuju ke tengah laut.
Kondisi ini akan diperkuat bila permukaan air laut di depan kumpulan masa
air tersebut lebih rendah, sehingga rip
current menjadi lebih kuat dan deras. Bila arah gelombang tidak sejajar
dengan garis pantai wujud dari longshore
current akan berupa arus yang terputus-putus. Pada ujung longshore current dari ujung longshore current yang terputus-putus
tersebut, arus air akan menuju ke tempat yang lebih rendah, yaitu ke tengah
laut. Pada lokasi itulah tempat terjadinya rip
current. Rip current mampu
menyeret pasir di bawahnya beserta orang yang berada di tempat itu dan dibawa
ke laut yang lebih dalam. Rip current inilah
yang sering menenggelamkan orang yang sedang berwisata di pantai.( Sahala Hutabarat dan Stewart Evans, 2008)
1.
MANFAAT ARUS LAUT
Arus laut mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain (Muhammad,
Hamid. 2005)):
a. Arus laut karena
tiupan angin dapat mempengaruhi kondisi iklim suatu tempat, misalnya di Eropa
barat dimusim dingin tidak begitu dingin dan lautnya tidak membeku karena
dipengaruhi oleh arus panas gulftream
atau arus teluk.
b. Pertemuan arus
panas dan aarus dingin merupakan daerah yang kaya ikan. Hal ini disebabkan
karena di daerah itu kaya akan plankton.
c. Arus laut dapat
menyebarkan berbagai macam jenis hewan dan tumbuhan ke berbagai belahan dunia.
Penelitian dan
pemetaan potensi energi arus laut merupakan salah satu upaya penting dalam
mengeksplorasi sumber energy non konvensional dari laut. Energy arus laut
sebagai energy terbarukan adalah energy yang cukup potensial di wilayah pesisir
terutama pulau-pulau kecil dikawasan timur. ( A. Yuningsih dkk, 2010).
Peranan pengamatan
arus dalam Survei Hidrografi ( Eka Djunarsjah. 2005):
a. Kerekayasaan : konstruksi lepas pantai, perencanaan pelabuhan, dan
pemantauan lingkungan
b.
Penentuan posisi (metode Dead-Reckoning)
c.
Keselamatan pelayaran
Untuk mengetahui
nilai kinetik energi arus laut yaitu
dengan memperoleh data morfologi dasar laut dan sifat-sifat hidro Oseanografi,
yang kemudian dikonversikan ke dalam energy listrik dan referensi lokasi yang
memenuhi syarat yang dibuthkan sebagai data masukan dasar dalam pemanfaatnan
energy arus laut untuk pembangkit listrik di kawasan tertentu.(A. Yuningsih
dkk, 2010).
Analisa Pola Pergerakan Arus Laut Permukaan. Dari hasil pemodelan arus laut permukaan dari tahun 2002-2009 diketahui
bahwa :
a. Arus yang bergerak
dari Benua Asia menuju ke Benua Australia, dikarenakan pengaruh angin muson
barat, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan
Desember-Februari.
b. Arus yang bergerak
dari Benua Australia menuju ke Benua Asia, dikarenakan pengaruh angin muson
timur, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan
Juni-Agustus. Di samping itu ada masa pancaroba yakni masa peralihan pergantian
antara angin muson barat menuju angin muson timur ataupun sebaliknya.(
Widyastuti, Rahma. 2010)
Kecepatan arus laut yang kuat rata-rata berada pada
posisi lintang 0,250 LU yakni di sekitar garis khatulistiwa. Sedangkan
rata-rata kecepatan arus yang lemah berada di perairan yang jauh dari garis
khatulistiwa. Untuk tahun 2002 kecepatan arus rata-rata sebesar 475,2
cm/detik.Arus terkuat berada di perairan Selat Karimata, sedangkan kecepatan
arus yang lemah berada di perairan sekitar sebelah selatan Irian Jaya.
Pada tahun 2003, arus terkuat berada di Laut Maluku,
arus terlemah berada di Sekitar Laut Sulawesi, sedangkan rata-rata kecepatan
arusnya adalah 496,3 cm/detik . Tahun 2004, arus terkuat berada di sekitar
sebelah barat pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,
arus terlemah di sekitar Laut Flores. Untuk rata-rata kecepatan arusnya adalah
481,4 cm/detik. (Widyastuti, Rahma dkk, 2010)
Apabila muka laut mendapatkan tekanan angin (wind
stress), terbentuklah tinggi gelombang dan selanjutnya arus permukaan
terbentuk. Jika tinggi gelombang kuat, maka kecepatan arus berubah membesar dan
terbentuklah longshore current yang kuat, yang mengakibatkan
sedikit demi sedikit pantai tersebut akan terjadi abrasi. (Hadikusumah,
2009).
Hutan mangrove atau dikenal dengan
sebutan hutan bakau berada di kawasan pinggiran pantai dan laut. Hutan mangrove
banyak memberi manfaat bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Indonesia
memiliki potensi sumber daya mangrove yang sangat luas, bahkan terluas di
dunia. Wilayah Kalimantan Barat dan terlebih khusus Kabupaten Ketapang memiliki
banyak sebaran hutan mangrove.
Saat ini hutan mangrove Indonesia
mengalami kerusakan dan berkurang secara cepat, akibat aktivitas manusia. Salah
satunya adalah akibat pembukaan lahan untuk pemukiman penduduk, penggunaan
lahan untuk tambak dan berbagai aktivitas manusia lainnya.
Secara fisik hutan mangrove menjaga
garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah
terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah,
mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari
hempasan dan gelombang serta angin kencang, mencegah intrusi garam (salt
intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya. Hutan
mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak
yang tergolong ke dalam 8 famili dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga,
yaitu Avicenia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus,
Lumnitzera, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus. Hutan mangrove
dengan keanekaragaman jenis yang tinggi, tercatat terdapat 202 jenis yang
terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana dan 44 jenis epifit.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai
fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah
(spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai
organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai
satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu,
hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.
Ekosistem hutan mangrove memiliki
produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar
400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem
perairan pantai lainnya. Kerusakan mangrove akan berdampak pada penurunan
volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap, ikan menjadi langka sulit
didapat, dan jenis ikan menjadi hilang.
Dengan demikian ekosistem mangrove
mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran
diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan
organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak
biota perairan seperti udang, kepiting dan lain-lain.
Upaya penyelamatan hutan bakau dari
kerusakan yang semakin parah, peran semua pihak sangat diharapkan. Pemerintah,
sekolah, masyarakat dan lembaga lingkungan diharapkan mampu saling bahu membahu
untuk menyelamatkan hutan bakau demi keberlanjutannya dengan melakukan
sosialisasi penyelamatan hutan mangrove juga perlu disampaikan ke
sekolah-sekolah dan masyasarakat luas sembari berharap ada kesadaran yang
tumbuh akan kepedulian bersama pula. Semoga….
Kerusakan Ekosistem Mangrove dan Penyebabnya
Kerusakan
sumberdaya pesisir telah mencapai tingkat yang mengkuatirkan, terutama wilayah
pesisir yang kegiatan pembangunannya pesat. Kerusakan sumberdaya pesisir
tersebut umumnya disebabakan oleh banyak faktor antara lain Eksploitasi
lebih, Pencemaran, Penggunanan teknologi yang tidak ramah lingkungan
dan Abrasi pantai dan sedimentasi.
Kerusakan ekosistem pesisir tersebut berimplikasi
langsung terhadap penurunan kualitas habitat perikanan dan mengurangi stok ikan
untuk berkembang serta mengurangi fungsi estetika lingkungan pesisir. Kerusakan
fisik lingkungan pesisir ini dipicu oleh faktor-faktor sosial-ekonomi,
khususnya masalah pertumbuhan penduduk dan kemiskinan. Masalah sosial ini perlu
menjadi perhatian karena adanya keterkaitan yang erat antara pertumbuhan
penduduk, kemiskinan dan laju ekspoloitasi sumberdaya perikanan. Langkanya
pendapatan alternative diluar pemanfaatan sumberdaya perikanan sering
menimbulkan dependensi yang berlebihan terhadap sumberdaya tersebut.
Salah satu ekosisitem yang mengalami perubahan yakni
ekosistem mangrove. Ekosistem hutan mangrove merupakan sumberdaya alami kaya
akan fungsi dan manfaat, salah satunya sebagai peredam dan pelindung dari
gempuran gelombang yang timbul. Namun karena ulah manusia yang berbuat
kerusakan di muka bumi ini, hutan mangrove yang seharusnya dapat diambil
manfaatnya oleh manusia, berubah menjadi rusak. Baik itu disebabkan eksploitasi
hutan mangrove menjadi lahan komersial atau kerusakan karena pencemaran, sehingga
kelestariannya tidak terjaga lagi.
Mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis
pasang surut,tumbuhan yang hidup diantara laut dan daratan. Sehingga hutan
mangrove dinamakan juga hutan pasang. Hutan mangrove dapat tumbuh pada pantai
karang, yaitu pada karang koral yang mati yang diatasnya ditumbuhi selapis
tipis pasir atau ditumbuhi lumpur atau pantai berlumpur. Hutan mangrove terjadi
di daerah pantai yang terus menerus atau berurutan terendam dalam air laut dan
dipengaruhi oleh pasang surut, tanahnya terdiri atas lumpur dan pasir. Secara
harfiah, luasan hutan mangrove ini hanya sekitar 3 % dari luas seluruh kawasan
hutan dan 25 % dari seluruh hutan mangrove dunia. Namun, dilihat dari perannya,
kawasan vegetasi ini pantas diperhitungkan.
Berikut beberapa jenis kerusakan hutan mangrove;
1.
Kerusakan secara fisik dan kimia
Kegiatan yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap kerusakan mangrove di Indonesia adalah
pengambilan kayu untuk keperluan komersial serta peralihan peruntukkan untuk
tambah dan pertanian. Sedang kematian secara alami tidak memberikan data
signifikan yang patut dicurigai sebagai penyebab kerusakan hutan mangrove.
Sebab-
sebab dan akibat perusakan mangrove yang terjadi secara fisik dan kimia akan
diuraikan berikut ini :
ü
Penambangan mineral
Penambangan mineral
mineral, telah berkembang di kawasan pesisir. Penambangan dalam ekosistem
mangrove mengakibatkan kerusakan total, sedangkan penambangan di daerah
sekitarnya dapat menimbulkan berbagai macam efek yang merusak. Efek yang paling
mencolok adalah pengendapan bahan-bahan yang dibawa air permukaan ked an dalam
mangrove.
Pengendapan
yang berlebihan akan merusak mangrove karena terjadinya penghambatan pertukaran
air, hara dan udara dalam substrat dan air diatasnya. Bila proses pertukaran
ini tidak berlangsung, kematian mangrove akan terjadi dalam waktu singkat.
Terhentinyaa sebagian proses pertukaran menimbulkan tekanan pada mangrove, yang
terlihat pada penurunan produktifitas dan kemampuan. Selanjutnya jaringan
makanan yang berlandaskan pada adanya detritus di mangrove terganggu pula dan
secara keseluruhan dapat menurunkan pula produktivitas ikan.
ü
Pembelokan aliran air tawar
Suatu pengertian
yang salah bila dikatakan bahwa tumbuhan mangrove untuk hidupnya mutlak
memerlukan air asin. Pada kenyataannya perkembangan mangrove yang baik terjadi
di daerah yang mempunyai masukan air tawar yang cukup. Di daerah beriklim
musiman masukan air tawar ke mangrove juga musiman. Tetapi justru di daerah
seperti ini kerluan akan air tawar bagi manusia pun besar sekali.. pengambil
keputusan sering melihat dalam lingkungan seperti ini suatu hal yang mubazir
membiarkan air tawar masuk ke laut, sehingga tidak heran bila berusaha untuk
memanfaatkan air tawar ini untuk keperluan di daerah darat.
ü
Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan
mangrove secara besar- besaran dilakukan untuk keperluan kayu, tatal dan bubur
kayu. Biasanya eksplotasi seperti itu dilakukan dengan tebang habis. Di daerah
tebang habis permudaan alam umumnya tidak berjalan dengan baik sehingga
mengakibatkan penurunan nilai hutan karena pohon- pohon untuk panen berikutnya
berupa pohon- pohon dengan kualitas rendah. Kegiatan eksploitasi perlu
dilakukan secara hati- hati guna memperkecil kerusakan yang mungkin terjadi,
khususnya untuk menjamin kelangsungan mata rantai ekologi adalahekosistem
mangrove sehingga fungsinya sebagai sumber keanekaragaman hayati dan
stabilisasi lingkungan dapat dipertahankan.
Dalam melaksanakan
eksploitasi hutan secara besar- besaran dilakukan dengan menggunakan alat
transportasi dan alat tebang yang modern. Sehingga membutuhkan fasilitas dan
infrastruktur sebagai pendukungnya. Pengadaan fasilitas dan akses ke
lokasitersebut juga meninggalkan kerusakan tersendiri terhadap hutan mangrove.
Masalah lain yang sering timbul adalah sisa- sisa hasil tebangan tidak dapat
segera terdaur ulang dengan proses penguraian. Karena banyaknya sisa penebangan
yang menumpuk sehingga proses penguraian berjalan dengan lambat. Sisa
penebangan yang besar- besar dengan adanya arus pasang surut juga akan terbawa
kemana-mana dan dapat menimbulkan masalah baru.
ü
Konversi Lahan
Hutan rawa dalam
lingkungan yang asin dan anaerob di daerah pesisir selalu dianggap daerah yang
marginal atau sama sekali tidak cocok untuk pertanian dan akuakultur. Namun
karena kebutuhan lahan pertanian dan perikanan yang semakin meningkat maka
hutan mangrove dianggap sebagai lahan alternative.
Reklamasi seperti
itu telah memusnahkan ekosistem mangrove dan juga mengakibatkan efek- efek yang
negative terhadap perikanan di perairan pantai sekitarnya. Selain itu kehadiran
saluran- saluran drainase mengubah system hidrologi air tawar di daerah
mangrove yang masi utuh yang terletak kea rah laut dan hal ini mengakibatkan
dampak negatif.
Hutan mangrove di
Pulau Jawa, pada umumnya sejak tahun 1950 sebagian besar sudah rusak disebabkan
pencurian kayu dan dijadikan pertambakan. Tambak dalam skala kecil tidak
terlalu banyak mempengaruhi ekosistem mangrove dan ekosistem di sekitarnya,
tetapi lain halnya dengan tambak dalam skala besar. Konversi mangrove yang luas
menjadi tambak dapat mengakibatkan penurunan produksi perikanan di perairan
sekitarnya.
Penggunaan lahan
pasang surut untuk pertambakkan terjadi di hamper seluruh Indonesia, namun
sekitar 94 % dari 225.000 ha areal pertambakan ada di Propinsi Aceh, Jawa
Barat, jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Penyebarannya 52%
terdapat di Jawa, 30 % di Sulawesi, 15 % di Sumatra, 1% di Kalimantan dan
0,1%di Maluku dan Irian Jaya. Dengan data luasan yang ada berarti hilangnya
areal mangrove yang disebabkan pembukaan tambk sebesar 22%.
ü
Tumpahan Minyak
Tumpahan minyak
bumi dan hasil- hasil olahannya dengan kapal laut semakin meningkat. Kebocoran,
tumpahan dan pembuangan bahan tersebut ke laut sudah sering terjadi. Di
berbagai tempat, jalur- jalur angkutan ini berbatasan dengan kawasan mangrove
(misalnya selat Malaka) dan kebocoran setra pembuangan minyak dengan sengaja
telah menunjukkan dampak negative yang nyata terhadap mangrove.
Efek kehadiran
minyak di mangrove dapat dibedakan dalam dua kategori. Kategori pertama adalah
efek laut yang akut, segera terlihat dan berkaitan dengan pelaburan oleh minyak
pada permukaan tumbuhan ( pepagan, akar tunjang, akar napas ) yang mempunyai
fungsi dalam pertukaran udara. Dalam kondisi pelaburan oleh minyak yang sangat
kuat, tumbuhan mangrove dapat mati dalam waktu 72 jam. Pengguguran daun dan
kematian pohon- pohon mangrove di tempat –tempat yang paling berpengaruh
terjadi 4- 5 minggu. Kategori kedua berkaitan dengan peracunan kronik dalam
jangka panjang tumbuhan mangrove dan fauna yang bersangkutan oleh komponen
racun yang terkandung dalam minyak.
ü
Pembuangan Limbah
Kegiatan
pertanian, agro- industri, industry kimia dan rumah tangga menghasilkan limbah
dalam jumlah yang beraneka dan kemudian dibuang ke sungai atau pantai. Limbah
cair terlarut atau membentuk suspensi dalam air. Sebagian limbah cair ini
berupa bahan anorganik yang juga terdapat di alam, tetapi kehadiran dalam
jumlah berlebihan dalam lingkungan akuatik menyebabkan bahan itu tidak semuanya
dapat didaur ulang secara alami.
Dalam banyak
kasus, pestisida dan antibiotic juga kerap kali digunakan, bahkan untuk
pengolahan tambak tradisional.
Gambar. Kondisi tanaman mangrove yang telah rusak
ü
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan
mangrove yang pernah terjadi di lahan Pesisir Timur Sembilang pada tahun 1980 –
1990an berhubungan dengan pembukaan lahan yang luas ( untuk perkebunan dan
transmigrasi) dan oleh penduduk setempat. Sedangkan kebakaran yang terjadi pada
tahun 1997 disebabkan oleh kegiatan penebangan liar, nelayan dan pengembangan
kawasan transmigrasi ( Dennis et al, 2000).
2.
Kerusakan Biologi
Kerusakan yang ditimbulkan karena factor biologi adalah
serangan hama. Hama pada tanaman mangrove yang ditemukan di beberapa tempat
secara singkat dapay dijelaskan sebagai berikut :
ü
Ulat ( Lepidoptera )
a. Ulat kantong Acanthopsyche
sp. ( Lepidoptera, psychidae) menyerang tanaman Bruguierai spp (
tancang) di Cilacap, Rhizophora spp di Purwakarta dan Rhizophora
mucronata di Pemalang. Bagian tanaman yang diserang ulat kantong ini adalah
bagian daunnya. Daging daun merupakan bagian yang dimakan, urat- urat dan
tulang daun tetap utuh. Apabila sebagian besar daging daun habis dimakan, daun
akan kering. Tanaman muda yang sebagian besar daun- daun dan kuncup ujung
diserang ulat berakibat kematiannya.
b. Ulat bulu (Lepidoptera)
menyerang tanaman Rhizophora spp di Pemalang, Brebes, Purwakarta. hama
ini hamper tiap tahun menyerang tanaman bakau muda yaitu ulat bulu dan sebangsa
ulat kantong. Ulat memakan daun sejak menetas sampai menjelang kepompong.
Tanaman bakau yang daunnya habis dimakan ulat pada lahan kondisi mongering
umumnya mati. Meningkatnya populasi ulat diperkirakan karena langka predator.
Usaha penanggulangan pada daun bakau yang diserang dengan menggunakan tangan
dan dikeprak, namun karena populasinya tinggi dicoba dengan insektisida yang
sangat terbatas dan diatur pelaksanaannya disesuaikan dengan tata waktu kegiatan
empang parit.
c. Ulat pucuk tunas Capua
endoeypa ( Lepidoptera) menyerang tanaman Rhizopara mucronata di
Bali. Ulat yang merupakan larva didalam tunas bibit dan memakan tunas tersebut
sebelum daun terbuka. Meskipun bibit tidak akan mati, tetapi akan terhenti atau
menjadi lambat pertumbuhan sehingga akan menurun kualitasnya. Adanya serangan
ini ditandai oleh adanya telur maupun lubang- lubang kecil pada pucuk tunas
bibit. Pengendaliannya dengan cara membuka tunas yang ditandai adanya lubang- lubang
kecil, kemudian ulat diambil dan dibunuh.
d. Ulat daun Dasyehira
sp,memakan daun semai Avicenmia marma di Bali. Ulat dapat diatasi
dengan memasang jaring plastik diatas bedeng, setelah jaring dibuka, sebaiknya
segera diperiksa dan bila dijumpai segera dibunuh. Bila terjadi kerusakan
serius bisa disemprot dengan insektisida atau dipindahkan ke bedeng pasang
surut.
ü
Kutu sisik chionapsis sp ( hemiptera, diaspididae)
Hama ini
dilaporkan menyerang tanaman reboisasi dari jenis Rhizhopora di Bali tahun
1995 dan kutu sisik berbentuk bulat telur ujungnya membesar yang dilindungi
oleh perisai yang lunak. Serangan kutu sisik ini akan menyebabkan
daun menguning dan akhirnya kering. Cara mengendalikan kutu sisik
dari hasil penelitian dengan menggunakan fluorbac FC dengan bahan aktif
bacilius turingiensisi dan asodrin 15 wsc, rata- rata serangan hama
menurun bahkan sebagian pohon tampak pulih dan berangsur- angsur sehat.
ü
Belalang
Belalang sering
menyerang tanaman mangrove dengan memakan daunnya terutama yang masih muda.
Penanganannya belalang diambil atau bila jumlahnya banyak dengan
menggunakan insektisida. Namun penggunaan insektisida tidak dianjurkan.
ü
Laba- laba
Laba-laba hidup/
bersarang pada tanaman bakau yang kecil dan besar, bambu pancang penguat
tanggul, pemakan diantara rekahan sawah dan gulma serta gubug- gubug pantai.
Hama laba- laba menyerang tanaman bakau pada bulan kering, baik yang muda
maupun tua. Pada tanaman muda laba-laba dapat mematikan tanaman karena tajuk
tanaman seluruhnya dibalut rapat oleh jaring laba-laba. Tajuk yang terbungkus
dalam waktu lama akan menyebabkan tanaman bakau kering dan mati. Serangan akan
lebih hebat jika lingkungan terbuka tanpa tanaman lain.
Usaha
penanggulangan dengan cara membuikan tempat pemijahan laba- laba berupa
vegetasi pada galengan empang parit, bamboo perangkap sekitar empang parit
diikuti cara mekanis.
ü
Ketam
Ketam (Sesarma
spp) menyerang buah / benih Brugmera gymnorrhriza dan Rhizophora
spp di Cilacap. Hama ini menyerang pada benih bakau yang masi segar karena
mengandung protein karbohidrat ( zat gula). Untuk mengurangi yaitu dengan
menurunkan kadar gula benih disimpan selama 1 minggu atau membuat pagar kecil
sekitar benih dengan daun paku- pakuan atau menggunakan bumbung bambu.
ü
Mamalia
Mamalia termasuk
hama yang dapat merusak tanaman mangrove diantaranya kera, kerbau, sapi, dan
kambing. Binatang ini akan memakan daun yang masih muda hingga habis dan
akhirnya tumbuhan mangrove akan mati. Untuk menanggulangi hewan tersebut harus
dihalau dan jangan dilepas untuk merumput di dekat tanaman mangrove yang baru
tanam.
Umumnya kerusakan/kepunahan keanekaragaman hayati dapat
disebabkan oleh penyebab sebagai berikut :
- Laju
peningkatan populasi manusia dan konsumsi SDA yang tidak berkelanjutan;
- Penyempitan
spektrum produk yang diperdagangkan dalam bidang pertanian, kehutanan dan
perikanan;
- Sistem dan
kebijaksanaan ekonomi yang gagal dalam memberi penghargaan pada lingkungan
dan sumberdayanya;
- Ketidakadilan
dalam kepemilikan, pengelolaan dan penyaluran keuntungan dari penggunaan
dan pelestarian sumberdaya hayati;
- Kurangnya
pengetahuan dan penerapan;
- Sistem hukum dan kelembagaan yang mendorong eksploitasi.
- Demikian postingan ane gan, semoga bermanfaat buat kita semua. Jangan lupa corat coret dikolom komentar ya gan..
0 Response to "Artikel Oseanografi"
Posting Komentar